Senin, 10 Maret 2014

TOTOLAN SISTEM INFORMASI PAPER II (Managing Disaster)

Managing Disaster

Abstrak
Managing Disaster adalah suatu ilmu atau cara tentang bagaimana menanggulangi bencana atau meminimalkan dampak akibat dari terjadinya bencana. Menaggulangi dan meminimalkan akibat dari bencana baik sesudah ataupun sebelum bencana itu terjadi, karena bencana alam tidak dapat diketahui kapan akan terjadi dan dimana akan terjadi. Dengan menggunakan Teknologi Informasi, adalah salah satu cara untuk meminimalkan dan menaggulangi dampat akibat dari bencana. Dengan memanfaatkan TI, keberhasilan dalam menanggulangi bencana dapat ditingkatkan, sehinggan kerugian dapat dikurangi seminimal mungkin dan nyawa manusia yang hilang juga dapat diminimalkan. Oleh karena itu, pemanfaatan TI dalam manajemen bencana harus diterapka semaksimal mungkin. Metodologi penulisan yang digunakan dalam menyusun paper ini adalah studi pustaka dari berbagai jurnal ilmiah yang didapat dari media internet. Permasalahan yang dibahas dalam paper ini adalah,. Tujuan dari managing disaster, aturan tentang managing disaster, penerapan managing disaster,solusi pemulihan pasca bencana TI, perencanaan managing disaster TI

Kata Kunci
Managing Disaster, Teknologi, Informasi, Penanggulangan.




BAB 1
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

Teknologi Informasi(TI) pada era ini berperan penting dalam kehidupan manusia, TI dapat membantu kita dalam kegiatan kita sehari – hari, seperti dalam kegiatan bisnis, kegiatan pendidikan, dan lain - lain. Selain itu TI juga dapat digunakan untuk menanggulangi bencana alam.
Bencana alam adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi kapan akan datang dan dimana akan terjadi. Di Indonesia sendiri, bencana alam adalah sesuatu yang sering terjadi karena letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, sehingga di Indonesia berpotesi untuk terjadi Tsunami. Dan juga Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih akif, yang sewatu- waktu berpotensi meletus, jadi di Indonesia penanggulangan bencana menjadi hal yang sangat penting, salah satunya dengan menggunakan bantuan dari TI untuk menanggulangi bencana alam.
Peran IT dalam penanggulangan bencana menjadi sesuatu yang dapat membantu manusia dalam menanggulangi akibat dari bencana yang sudah terjadi atau sebelum bencana terjadi. Misalnya peringatan dini sebelum terjadinya bencana, karena manusia tidak dapat memprediksi kapan pastinya bencana akan terjadi. Dengan adanya sistem peringatan dini manusia dapat menghindar atau menjauh untuk menyelamatkan diri sebelum bencana akan terjadi.
Selain iu, pemetaan juga merupakan peran penting dari TI dalam hal penanggulangan bencana alam. Bencana alam juga bisa diprediksi dari tren – tren yang berlagsung, pola – pola bencana yang terjadi dalam 1 tahun, teknologi informasi dapat mmbantu memetakan hal tersebut. Dalam kaitannya dengan bencana alam, koordinasi juga menjadi hal yang penting bagi pihak – pihak yang berkaitan untuk berkoordinasi. Misalnya untuk tim SAR saling berkoordinasi dalam mengevakuasi korban -  korban yang terkena bencana alam.
Jadi, dengan memanfaatkan TI dalam penanggulangan bencana, manusia dapat meminimalkan efek dari terjadinya bencana alam. Misalnya, meminimalkan korban dan kerusakan yang terjadi, karena setiap  nyawa manusia sangatlah berharga. Jadi, penting untuk melakukan pencegahan dini sebelum terjadinya bencana, dan koordinasi setelah terjadinya bencana.
Walaupun infrastruktur TI dapat membantu dalam manajemen bencana, tetapi, infrastruktur TI yang mendukung bisnis yang ada di perusahaan jarang mendapatkan perhatian dalam resiko terkena bencana, sehingga, masih banyak perusahaan yang kehilangan data – data penting dan mengalami kerugian yang sangat besar ketika bencana sudah terjadi. Dapat dilihat bahwa, peran manajemen bencana terkadang masih dihiraukan di perusahaan. Padahal dalam dunia TI peran manajemen bencana sangat penting, karena perangkat – perangkat TI sangat rentan terkena bencana. Akibatnya, banyak perusahaan yang kehilangan data – data penting mereka ketika bencana telah terjadi. Padahal jika manajemen bencana diterapkan, perusahaan dapat meminimalkan akibat dari terjadinya bencana. Dalam penerapannya, manajemen bencana di bidang TI bisa di lakukan dengan membuat 2 server di tempat yang berbeda, yang pertama di tempat perusahaan itu sendiri, dan yang satu lagi di tempat penyedia layanan server yang aman dan terpercaya. Dengan adanya 2 server di tempat yang berbeda , perusahaan dapat meminimalkan kerugian yang terjadi pasca bencana terjadi. Selain salah satu cara di atas dalam manajemen bencana TI, akan di bahas pada paper ini yang berhubungan dengan manajemen bencana TI.

1.2  Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penulisan paper ini adalah :
·         Tujuan Managing Disaster
·         Aturan tentang Managing Disaster
·         Penerapan Managing Disaster
·         Solusi pemulihan pasca bencana pada TI
·         Perencanaan Managing Disaster pada TI

1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan paper :
·         Memperkenalkan Managing Disaster
·         Menerapkan Managing Disaster untuk mengurangi dampak akibat dari bencana
·         Mengetahui manfaat dari Managing Disaster
Manfaat dari penulisan paper :
·         Mengetahui Penerapan Managing Disaster pada TI
·         Mengetahui Aturan yang mengatur tentang Managing Disaster
·         Mendapatkan solusi pemulihan pasca bencana TI

1.4  Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan paper ini adalah studi pustakan. Dengan mencari jurnal – jurnal ilmiah sebagai referensi tentang Managing Disaster melalui media Internet.





1.5       Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penulisan,ruang lingkup penulisan,tujuan dan manfaat penulisan metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi landasan teori – teori yang digunakan dalam penulisan paper ini yang berhubungan dengan teori - teori Green Computing dan tentang Global Warming
BAB III : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi sejarah green computing, regulasi tentang green computing, keuntungan penerapan green computing, penerapan green computing, penerapan green computing pada perusahaan, solusi green computing.
BAB IV: PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisi simpulan dan saran – saran yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan di masa yang akan datang.
BAB 2
Landasan Teori

2.1 Teori
            Dalam bab ini ini akan dijelaskan mengenai teori-teori beserta sumber dan pengarangnya yang berkaitan dengan Managing Disaster. Teori-teori tersebut yang nantinya akan digunakan oleh penulis sebagai suatu landasan untuk berfikir.

2.1.1 Pengertian Bencana
Menurut  buku “Disaster  Recovery and  Business Continuity Copyrigth by EC-Council” Bencana adalah setiap kejadian mengganggu yang  mendorong  situasi  saat  ini  ke  dalam  keadaan  krisis.  Hal  ini mengacu  ke bencana dan kehancuran akibat alam atau faktor buatan manusia seperti kebakaran, dan terorisme cyber. Menurut xosofi.com bencana didefinisikan sebagai "sesuatu yang mendadak, acara yang tidak terencana yang  menyebabkan malapetaka besar kerusakan atau kerugian untuk setiap entitas yang diberikan.
Reaksi paling umum dalam situasi tersebut meliputi:
·         Shock dan panik
·         Beban mentalitas
·         Kehilangan kontrol terhadap peristiwa
·         Kurangnya informasi
Dalam skenario ekonomi global saat ini, organisasi lebih rentan terhadap alam,  manusia,  atau  masalah  teknis.  Setiap  bencana,  seperti  banjir, kebakaran   serta   virus   dan   terorisme   cyber,   dapat   mempengaruhi aksesibilitas, kejujuran, dan privasi sumber daya bisnis utama.
Bila dikategorikan, bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu,
·         Bencana alam
Peristiwa  tidak  terprediksi  yang  disebabkan  oleh  faktor lingkungan yang mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, angin ribut, dst.
·         Bencana yang diakibatkan oleh manusia
Peristiwa  yang  terjadi  akibat  kesalahan,  kebodohan,  kelalaian dari   manusia   atau   bahkan   niat   jahat   dari   individu   yang mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya. Kegagalan   system,   listrik,   telekomunikasi,   terorisme,   cyber terorisme termasuk kedalam kategori ini.
Beberapa konsekuensi dari bencana yang diakibatkan oleh alam maupun manusia adalah sebagai berikut,
·         Cidera pada diri sendiri atau keluarga : Orang – orang terluka, terpisah dari keluarga, atau kehilangan orang yang mereka cintai
·         Kondisi yang mengancam kelangsungan hidup
·         Korban dalam jumlah banyak
·         Gangguan  dalam  business  continuity  karena  kegagalan  dalam proses,  mesin,  dan  komunikasi  yang  pada  akhirnya mengakibatkan hilangnya pendapatan
 Bencana biasanya tidak dapat diprediksi kapan terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah management untuk mengurangi resiko serta akibat dari bencana tersebut.

2.1.2 Pengertian Disaster Recovery Plan
DRP menurut Jumal Disaster Recovery dari DRI International adalah dokumen yang menggambarkan sumber daya, tindakan, tugas dan data yang diperlukan  untuk mengatur  proses recovery  bisnis  pada saat  terjadi  gangguan yang  mengancam  bisnis perusahaan.  Rencana •ini  dirancang  untuk  membantu mengembalikan proses bisnis dari perusahaan.
Sedangkan menurut National Institute of Standard and Technology, DRP adalah rencana yang sudah dipersiapkan untuk memproses aplikasi yang penting dalam situasi  kerusakan  besar dari  perangkat  keras  dan  perangkat  lunak atau. kerusakan yang besar pada fasilitas
DRP adalah didefinisikan tidak terbatas hanya sebagai tindakan pencegahan dan  pemulihan dari infrastruktur IT, tapi adalah business  continuity plan. yang memiliki fokus dan komponen yang lebih luas, seperti sebuah crisis management plan dan human resources management.
Diharapkan sebelum teljadi  bencana, setiap  perusahaan yang mempunyai data yang sangat penting harus mempunyai DRP agar apabila bencana tersebut terjadi  kerugian dapat di minimalisasi  dan dapat menge!Jlbalikan keaadaan perusahaan dengan cepat dan efektif.
Disaster Recovery Plan menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business Continuity” adalah sebuah proses/kemampuan dari organisasi untuk menanggapi bencana atau gangguan dalam pelayanan melalui implementasi rencana pemulihan bencana untuk menstabilkan dan memulihkan fungsi kritis organisasi. Rencana ini dibuat untuk membantu mengembalikan proses bisnis dari perusahaan serta mengurangi dampak bila terjadi bencana yang mengakibatkan  kerusakan  atau  kehilangan  data  elektronik  yang mendukung proses bisnis perusahaan.
Disaster Recovery Plan terdiri atas tiga perencanaan yaitu perencanaan proteksi, perencanaan pengatasan bencana dan perencanaan pemulihan.
Perencanaan   proteksi adalah perencanaan yang dibuat untuk mencegah terjadinya bencana.
Perencanaan pengatasan bencana adalah perencanaan yang dibuat untuk mengurangi dampak dari bencana terhadap perusahaan
Perencanaan pemulihan adalah perencanaan yang dibuat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemulihan agar proses bisnis dapat berjalan kembali

2.1.3 Cloud Compuing
Cloud computing adalah salah satu tipe sistem yang paralel dan terdistribusi, yang merupakan inter-koneksi dari komputer virtual yang secara dinamis ditetapkan dan dipresentasikan sebagai satu atau lebih dari sumber daya komputasi yang terpadu. Dan berbasis pada persetujuan tingkatan layanan yang mengacu kepada negosiasi antara penyedia jasa dan konsumen.
Cloud computing merupakan sebuah solusi untuk banyak masalah komputasi. Meskipun kita berada dalam era IT, komplikasi dalam komputasi telah menciptakan banyak bencana dalam dunia komputer. Banyak krisis telah terjadi di dalam dunia bisnis. Keamanan, penyimpanan dan daya pengolahan data yang terbatas saat menggunakan komputasi tradisional. Data juga selalu berada dalam risiko dan tidak selalu tersedia selamanya. Namun dengan menggunakan cloud computing semua masalah ini dapat diatasi. Komputer dalam dunia bisnis harus memiliki hardware dan software terbaru. Karena pengaruh biaya, banyak yang tidak dapat memenuhi ketersediaan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi semua itu dapat diatasi dengan menggunakan cloud. Cloud computing adalah teknologi baru yang cocok untuk lingkungan apapun termasuk dunia bisnis.
Cloud computing secara cepat menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sebagai hasil dari inovasi di masa lalu pada bidang aplikasi berbasis web, dan akan terus membuat dampak yang serius di masa depan. Teknologi yang berkembang seperti grid akan mendorong gelombang inovasi berikutnya yang memungkinkan penciptaan aplikasi yang memberikan IT sebagai utilitas kelima setelah gas, air, listrik, dan telepon. Singkatnya, cloud computing mencakup daerah yang sangat luas dengan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis dan kualitas hidup.
BAB 3
Pembahasan

3.1 Tujuan Dari Manajemen Bencana
·         Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan, masyarakt negara.

·         Mengurangi penderitaan korban bencana.

·         Mempercepat pemulihan.

·         Memberikan perlindunagan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.

3.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana
            UU 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana :
·         Pemerintah sebagai penanggung jawab penanggulangan bencana dengan peran akrif masyarakat dengan lembaga usaha.
·         Perubah paradigma respon menjadi pengurangan resiko bencana.
·         Perlindungan masyarakat pada saat pra bencana ,saat bencana dan pasca bencana, secara terencana, terpadu ,dan terkoodinasi.
·         Membangun masyarakat yang tahan dan tangguh menghadapi bencana.
·         Membangu penanggulangan bencana yang handal melalui kelembagaan yang kuat dan pendanaan yang memadai

3.3 Bagaimana Peran Manajemen Bencana Berkaitan Dengan Bencana
·         Deteksi dini atau yang dikenal dengan early warning system. Manusia tidak dapat mendeteksi kapan terjadinya bencana, dengan adanya peringatan-peringatan dini manusia dapat menghindar atau menjauh dari sumber bencan untuk bisa menyelamatkan diri.
·         Pemetaan. Gejala alam bisa juga diketahui dari tren yang berlangsung. Pola yang terjadi dalam rentang sekian tahun. Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal tersebut.
·         Koordinasi. Ketika bencana telah terjadi peran teknologi informasi sangat vital dalam hal koordinasi.

3.4 Tujuan Sistem Peringatan Dini
            Tujuan dari adanya sistem peringatan dini akan becana cukup penting, mengingat indonesia secara geologis dan klimatologis berada pada kawasan yang rawan akan bencana. Dengan adanya sistem peringatan dini akan adanya bencana maka resiko dan dan dampak dari bencana dapat berkurang. Keterlambatan dalam menangani atau mengetahui bencana dapat berakibat fatal, dimana resiko akan adanya kerusakan dan korban akan semakin besar. Dalam penaggulangan bencana, sistem peringatan dini mutlak untuk di miliki dalam tahap kesiagaan, sistem peringatan dini untuk setiap jenis data, metode pendekatan maupun instrumentasinya.
           
3.5 Peran Dan Rencana Pemulihan Pasca Bencana TI
Bencana alam memang tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam. Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa buni, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan banjir. Kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk memunculkan inisiatif pembenahan manajemen bencana dengan melihat potensi bencana besar yang melanda. Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan persiapan menghadapi bencana. Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau pengurangan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat bencana, sedangkan langkah persiapan menghadapi bencana  ini termasuk pula melakukan prediksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana.
Dalam satu perusahaan/organisasi yang menggunakan IT untuk komputerisasi operasionalnya, setidaknya akan ada satu komputer yang disediakan dan bertindak sebagai komputer server. Begitu mendengar istilah server, orang akan selalu berpikiran bahwa server adalah sebuah alat/komputer yang sangat canggih, harga yang mahal, serta membutuhkan perlakukan khusus. Tidak salah memang anggapan yang demikian karena memang benar adanya.Tetapi yang perlu ditekankan adalah lebih pada penggunaan/fungsinya.
Komputer server banyak peruntukannya dan memegang peranan vital. Bisa  difungsikan sebagai database server, file server, print server, aplikasi server, ataupun DNS server. Namun demikian, manajemen perusahaan/organisasi masih cenderung menyepelekan keberadaannya. Hal yang wajar mungkin karena ketidakmengertian mereka. Pengadaan komputer server-pun seolah menjadi satu hal yang memberatkan karena harganya yang sangat mahal, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Anggapan bahwa bagian IT adalah cost department pun muncul.
Menjaga dan memelihara server tidaklah mudah. Butuh keterampilan teknis yang memadai.  Bukan hanya sekadar bisa tetapi harus menguasai bahkan ahli dari berbagai sisi. Seperti pada sistem operasinya, instalasinya,  hardwarenya,  kelistrikannya termasuk program aplikasi dan database yang ada di dalamnya.Tidak jarang server harus dikelola oleh vendor penyedianya. Dalam kondisi yang demikian tentunya diperlukanlah apa yang dinamakan maintenance yang secara otomatis akan timbul juga biaya maintenance.
Aktifitas maintenance yang mengharuskan tersedia anggarannya ibarat buah simalakama.  Jika tidak dilakukan,  kemudian terjadi kerusakan maka recoverynya justru akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Sedangkan jika dilakukan maintenance tetapi kerusakan tidak pernah terjadi maka hal ini akan menjadi pemborosan anggaran bagi perusahaan/organisasi. Demi efisiensi,  kebanyakan perusahaan/organisasi melakukan pilihan yang pertama. Tidak mengambil maintenance dari vendornya. Bagi tenaga IT kondisi yang demikian mengharuskan mereka siap dengan segala konsekuensinya.
Sampai akhirnya suatu saat bencana IT itu datang.  Server mengalami crush sehingga sistem komputerisasi perusahaan/organisasi lumpuh. Dampak lebih terasa jika crush tersebut terjadi pada database server. Data perusahaan/organisasi yang semuanya tersimpan di dalamnya tidak bisa diakses/digunakan lagi.  Dalam situasi yang demikian data akan terasa lebih berharga dibanding server itu sendiri.
Semua pihakpun seakan-akan menyalahkan bagian IT. Padahal tenaga IT juga mempunyai keterbatasan kemampuan teknis karena banyaknya hal teknis lain yang juga harus dikuasai.  Dari kejadian inilah manajemen perusahaan/organisasi baru menyadari arti penting sebuah aktifitas maintenance.
Sebagai upaya antisipasi baiknya:
1.         Aktifitas maintenance mutlak perlu dilakukan, meskipun dengan konsekuensi keluarnya biaya.
2.         Perlu adanya backup server maupun sistem,jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan yang serupa.
3.         Dilakukan training dan pelatihan secara berkala guna meningkatkan kemampuan teknis tenaga IT, karena teknologi yang terus berkembang.
4.         Pihak perusahaan/organisasi sudah harus melakukan pengadaan tenaga IT secara spesialisasi. Kebanyakan tenaga IT yang ada merangkap fungsi, baik sebagai network administrator, database administrator, teknisi, maupun technical support.

Poin-poin yang disebutkan di atas adalah tugas personel IT yang harus bisa memberikan pemahaman akan arti penting peranan IT bagi perusahaan/organisasi, dengan segala konsekuensi atas penggunaan IT itu sendiri.
            Strategi pemuliha pasca bencana itu sendiri sudah seharusnya dikembangkan di bidang TI , aplikasi dan data. Termasuk pula didalamnya terdapat server, jaringan, desktop, laptop, jaringan nirkabel, data dan konektifitas. Pemuliha bencana pada IT harus menjadi sebuah prioritas yang konsisten dengan fokus pada pemulihan fungsi bisnis dan proses bisnis. Sumber daya TI juga harus diidentifikasi guna yang diperlukan untuk mendukung fungsi bisnis yang sensitif terhadap waktu. Waktu pemulihan untuk sumber daya TI harus sesuai dengan waktu pemulihan fungsi bisnis atau proses yang tergantung pada sumber daya TI
            Sistem teknologi informasi membutuhkan beberapa komponen seperti hardware, software, data dan jaringan. Tanpa komponen “sistem” tersebut , sistem yang ada mungkin tidak dapat berjalan. Maka itu rencana pemuliha bencana pada TI harus dikembangkan untuk mengantisipasi hilangnya satu ataupun lebih dari komponen yang ada
·         Lingkngan ruang komputer
mengamankan ruang komputer dengan tempratur yang tepat untuk menghindari overheat pada komputer ataupun server, menggunakan power cadangan atau stabilizer, dll
·         Hardware
Jaringan, sever, desktop, komputer PC, peralatan nirkabel
·         Konetivitas dengan provider
·         Software aplikasi (electronic data intercharge, electronic mail, aplikasi office, dll)
·         Data and restoration

3.6 Strategi Pemulihan Pasca Bencana TI
            Pada sekarang ini banyak perusahaan memiliki akses lebih dari satu fasilitas. Hardware di fasilitas alternatif dapat dikonfigurasi untuk menjalankan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi yang serupa bila diperlukan. Dengan asumsi data yang didukung off-site atau data tercermin antara dua lokasi, data dapat dipulihkan di lokasi alternatif.

3.7  Vendor untuk Mendukung Strategi Pendukung Pasca Bencana TI
            Ada vendor yang dapat memberikan "hot sites" untuk pemulihan bencana TI. Situs-situs tersebut sepenuhnya dikonfigurasi pusat data dengan yang umum digunakan produk hardware dan software. Pelanggan dapat menyediakan peralatan atau perangkat lunak baik yang unik pada saat bencana atau menyimpannya di situs panas siap untuk digunakan.
Data stream, layanan keamanan data dan aplikasi dapat di-host dan dikelola oleh vendor. Informasi ini dapat diakses di situs bisnis utama atau situs alternatif menggunakan browser web. Jika pemadaman terdeteksi di situs klien oleh vendor, vendor secara otomatis menyimpan data sampai sistem klien dipulihkan. Vendor ini juga dapat menyediakan data filtering dan deteksi ancaman malware, yang meningkatkan keamanan cyber.

3.8 Kebijakan Costigency Planning

            Costigency planing harus mencakup proses pengaturan awal sehingga bisa membuat perencanaan atau menyusun strategi dan prosedur dalam menanggapi potensi krisis atau kedaruratan yang akan terjadi. Ini termasuk mengembangkan skenario dalam mengantisipasi krisis. Menentukan tanggung jawab semua pelaku yang akan terlibat mengidentiikasikan peran dan sumber daya, proses pendataan dan penyebaran informasi dan pengaturan setiap pelaku sehingga siap pada saat dibutuhkan, dan menentukan kebutuhan agar tujuan tercapai. Perencanaan costigency merupakan bagianpenting dari keseluruhan program kesiapsiagaan dan perlu dikembangkan untuk setiap jenis bahaya, kemudian dilatih secara regular.



3.9 BIA (Business Impact Analysis) Bagian dari Rencana Pemulihan Pasca Bencana TI

            BIA (Business Impact Analysis) adalah langkah penting dari taap perencanaan, dengan menggunaan BIA, bagian rencana dapat membedakan kebutuhan dari sistem, proses, dan ketergantungannya serta menggunakan informasi untuk menentukan kebutuhan dan prioritas apabila terjadi bencana.

Proses dari BIA adalah sebagai berikut:
·         Mengetahui sumber daya TI yang penting
·         Mengetahui akibat yang ditimbulkan waktu yang dapat diroleransi apabila terjadi bencana
·         Membangun prioritas dari recovery
                       

3.10 Menetapkan Preventive Controls

            Pengendalian preventif (Preventive Controls) adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi terjadinya bencana. Pengendalian preventif menegakkan ketaatan melalui tindakan yang seharusnya atau yang diinginkan dan karenannya menghadang kejadian bencana. Ketika mendesain sistem pegendalian internal, satu ons pencegahan hampir dapat dipastikan bernilai satu pon penyelesaian. Mencegah kesalahan dan penipuan jadi lebih efektif dari segi biaya dari pada mendeteksi dan memperbaiki masalah setelah bencana itu terjadi. Kebanyakan dari bencana yang tidak diinginkan dapat di blok pada tahap awal ini. Contohnya, sebuah layar entri data yang didesain dengan baik adalah contoh dari pengendalian preventif. Jadi pengendalian preventif ini membuat desain dan menghentikan proses yang tidak perlu. Contohnya :
·         Otorisasi Sumber-Data
·         Data masukan
·         Persiapan Sumber-Data
·         Turn-sekitar dokumen
·         Bentuk pra-nomor
·         validasi input
·         Memperbarui komputer file
·         Kontrol atas proses


3.11 Strategi Backup dan Recovery Data Pada Disaster Recovery Center

            Karena kelancaran proses bisnis pada suatu perusahaa tergantung kepada infrastruktur IT untuk mendapatkan hasil yang lebih produktif dan keuntungan yang lebih kompetitif, maka proteksi data dan recovery menjadi penting untuk proses bisnis, khususnya jika terjadi kerusakan atau bencana alam. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk replikasi data, backup, dan recovery berdasar pada penggunaan infrastruktur IT yang optimal.
            Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, banjir, ataupun kebakaran dapat membuat infrastruktur IT hancur. Dibeberapa kasus, memindahkan semua data yang kritis akibat bencana dan me-recovery data-data tersebut menjadi data yang utuh lagi mungkin akan sangat sulit, misal untuk recovery data mungkin akan membutuhkan waktu yang berhari-hari, yang dapat mempengaruhi fungsi dan kehandalan perusahaan. Banyak perusahaan mengimplementasikan disaster recovery plan untuk pananganan data saat terjadi bencana potensial. Implementasi disaster rcovery selalu melibatkan proses backup data dari production site ke sebuah disaster recovery sire yang terhubung secara online. Implementasi disaster recovery tidak hanya melibatkan infrastruktur, tetapi juga sumber daya manusia dan desain yang berhubungan dengan proses.

3.12 Mekanisme Disaster Recovery Centre Secara Umum

Strategi recovery yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang proses pemindahan data pada sistem yang kritis ke pusat pengolahan data alternatif. Disaster recovery planning merupakan aktifitas yang penting. Disaster recovery plan didesain untuk menjamin kelangsungan proses bisnis yang vital jika terjadi disaster. Rencana ini merupakan solusi yang efektif yang dapat digunakan untuk me-recover semua proses bisnis yang vital dalam jangka waktu yang diinginkan menggunakan record-record data vital yang disimpan secara off-line. Dalam implementasinya, disaster recovery planning memerlukan serangkaian langkah yang kompleks. Disaster recovery planning bukanlah pekerjaan yang dilakukan sekali dan langsung selesai pada saat itu juga, ia harus di-maintain dan dites secara berkala (dengan kata lain, disaster recovery planning merupakan pekerjaan yang dilakukan secara berkelanjutan).
Skenario disaster recovery diperuntukkan untuk hal-hal tertentu, seperti kehilangan akses ke pusat komputer, hilangnya kemampuan sistem dalam memproses data, dan terputusnya keterhubungan dengan jaringan. Skenario ini juga mengasumsikan bahwa semua peralatan di ruang komputer tidak dapat terselamatkan dan semua kemampuan kritis dari alat telekomunikasi telah hilang.

Ketika terjadi disaster, petugas khusus akan mengambil tindakan cepat untuk memperingatkan Disaster Recovery Centre (DRC). Penyimpanan kembali data-data dari critical coverage (tempat data-data dari pusat komputer di-backup) ke pusat komputer dilakukan setelah pusat komputer itu beroperasi dengan baik. Adapun skenario disaster recovery adalah sebagai berikut :

·         Pengiriman data dari Authorized User Data dan Software Archived dalam bentuk off-site storage ke Disaster Recovery Center.
·         Menghubungkan network lines ke DRC.
·         Mengoperasikan aplikasi kritis konfigurasi pada Disaster Recovery Center
·         Menyediakan Critical Coverage pada Disaster Recovery Center
·         Menyediakan Workspace dan peralatan yang dibutuhkan.

3.13 Srategi Backup dan Recovery Data

Salah satu keuntungan dari network storage berbasis IP adalah membuat customer bisa memilih arsitektur penyimpanan yang seperti apa (distributed atau centralized) sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan mempertimbangkan manajemen backup dan proses recovery, beragam strategi implementasi dapat diterapkan. Strategi implementasi pertama yang akan dibahas adalah offline backup ke media tape.


3.14 Strategi Cloud Computing
Cloud Computing adalah suatu istilah yang banyak digunakan oleh Industi IT yang memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Namun pada intinya Cloud Computing adalah suatu pergeseran dari perusahaan dalam membeli dan memelihara server dan aplikasi lainnya yang mahal, dan bergerak menuju metode penyewaan IT, sesuai dengan kebutuhan, dari satu penyedia layanan publik.
Hanya dalam beberapa tahun terakhir hal ini telah menjadi layak dan masuk akal bagi perusahaan untuk memindahkan teknologi mereka ke sebuah pusat data yang dikelola secara profesional oleh pihak luar. Perubahan ini telah didorong oleh mulai tersedianya Internet berkecepatan tinggi yang tidak hanya tersedia di kantor kita, tetapi juga di rumah, di warung kopi dan di mana saja kita dapat melakukan penerimaan sinyal telepon seluler. Kenyataan ini telah memungkinkan terjadinya konsolidasi yang revolusioner.
Alasan ekonomi yang menjadi pendorong di belakang konsolidasi ini adalah penghematan biaya yang signifikan dan pengurangan risiko yang diterima oleh perusahaan ketika mereka memusatkan sumber daya teknologi mereka di sebuah pusat data yang dikelola secara profesional oleh pihak luar. Penyedia layanan publik dapat mengimplementasikan keamanan industri yang paling canggih dan proses ketersediaan yang tinggi serta menawarkan pemantauan dan pemeliharaan server 24x7.
Biaya teknologi yang lebih rendah karena penyedia layanan publik dapat berbagi sumber daya teknologi dan melakukan pembelian perangkat keras dan perangkat lunak dalam jumlah besar untuk Anda. Saat ini, dengan biaya lebih murah perusahaan dapat mendapatkan perangkat lunak terbaru maupun ketersediaan sistem yang tinggi yang dulunya hanya bisa dijangkau oleh perusahaan besar.
Cloud computing merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputasi dan Internet di mana informasi secara permanen tersimpan pada web hosting dan disimpan sementara di perangkat pengguna yang digunakan.


BAB 4
Penutup

KESIMPULAN DAN SARAN
1.1  Kesimpulan

Setelah membaca seluruh materi dan hal-hal yang berkaitan dengan Managing Disaster maka kita dapat menyimpulkan bahwa Managing Disaster adalah suatu ilmu atau cara tentang bagaimana menanggulangi bencana atau meminimalkan dampak akibat dari terjadinya bencana, agar bencana yang terjadi dapat diminimalisir.
Dengan menggunakan Teknologi Informasi, adalah salah satu cara untuk meminimalkan dan menaggulangi dampat akibat dari bencana. Dengan memanfaatkan TI, keberhasilan dalam menanggulangi bencana dapat ditingkatkan, sehinggan kerugian dapat dikurangi seminimal mungkin dan nyawa manusia yang hilang juga dapat diminimalkan.





1.2  Saran

Manajemen bencana dalam perusahaan sangat penting dalam tujuan menjaga keamanan data-data perusahaa. Untuk itu diperlukan beberapa altenatif dalam manajemen bcana seperti strategi back up and recovery data, cloud computing, dll.

           





DAFTAR PUSTAKA
ADC (2006). TIA-942 Data Center Standards Overview
F5. New Technologies for Disaster Recovery/Business Continuity
Ajith Singh N. & M. Hemalatha. (2012). Cloud Computing for Academic Environmental, 2 (2), 1-3.

Sumber dari : http://wwwJsljkdt.wrn{pmtj}e.nhn'!dt=mainprofile&kid-93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar