Abstrak
Managing Disaster adalah suatu
ilmu atau cara tentang bagaimana menanggulangi bencana atau meminimalkan dampak
akibat dari terjadinya bencana. Menaggulangi dan meminimalkan akibat dari
bencana baik sesudah ataupun sebelum bencana itu terjadi, karena bencana alam
tidak dapat diketahui kapan akan terjadi dan dimana akan terjadi. Dengan
menggunakan Teknologi Informasi, adalah salah satu cara untuk meminimalkan dan
menaggulangi dampat akibat dari bencana. Dengan memanfaatkan TI, keberhasilan
dalam menanggulangi bencana dapat ditingkatkan, sehinggan kerugian dapat
dikurangi seminimal mungkin dan nyawa manusia yang hilang juga dapat
diminimalkan. Oleh karena itu, pemanfaatan TI dalam manajemen bencana harus
diterapka semaksimal mungkin. Metodologi penulisan yang digunakan dalam
menyusun paper ini adalah studi pustaka dari berbagai jurnal ilmiah yang
didapat dari media internet. Permasalahan yang dibahas dalam paper ini adalah,.
Tujuan dari managing disaster, aturan tentang managing disaster, penerapan managing
disaster,solusi pemulihan pasca bencana TI, perencanaan managing disaster TI
Kata Kunci
Managing
Disaster, Teknologi, Informasi, Penanggulangan.
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Teknologi Informasi(TI) pada era ini berperan penting
dalam kehidupan manusia, TI dapat membantu kita dalam kegiatan kita sehari –
hari, seperti dalam kegiatan bisnis, kegiatan pendidikan, dan lain - lain.
Selain itu TI juga dapat digunakan untuk menanggulangi bencana alam.
Bencana
alam adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi kapan akan datang dan dimana
akan terjadi. Di Indonesia sendiri, bencana alam adalah sesuatu yang sering
terjadi karena letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, sehingga
di Indonesia berpotesi untuk terjadi Tsunami.
Dan juga Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih akif, yang sewatu-
waktu berpotensi meletus, jadi di Indonesia penanggulangan bencana menjadi hal
yang sangat penting, salah satunya dengan menggunakan bantuan dari TI untuk
menanggulangi bencana alam.
Peran
IT dalam penanggulangan bencana menjadi sesuatu yang dapat membantu manusia
dalam menanggulangi akibat dari bencana yang sudah terjadi atau sebelum bencana
terjadi. Misalnya peringatan dini sebelum terjadinya bencana, karena manusia
tidak dapat memprediksi kapan pastinya bencana akan terjadi. Dengan adanya
sistem peringatan dini manusia dapat menghindar atau menjauh untuk
menyelamatkan diri sebelum bencana akan terjadi.
Selain
iu, pemetaan juga merupakan peran penting dari TI dalam hal penanggulangan
bencana alam. Bencana alam juga bisa diprediksi dari tren – tren yang
berlagsung, pola – pola bencana yang terjadi dalam 1 tahun, teknologi informasi
dapat mmbantu memetakan hal tersebut. Dalam kaitannya dengan bencana alam,
koordinasi juga menjadi hal yang penting bagi pihak – pihak yang berkaitan
untuk berkoordinasi. Misalnya untuk tim SAR saling berkoordinasi dalam
mengevakuasi korban - korban yang
terkena bencana alam.
Jadi,
dengan memanfaatkan TI dalam penanggulangan bencana, manusia dapat meminimalkan
efek dari terjadinya bencana alam. Misalnya, meminimalkan korban dan kerusakan
yang terjadi, karena setiap nyawa
manusia sangatlah berharga. Jadi, penting untuk melakukan pencegahan dini
sebelum terjadinya bencana, dan koordinasi setelah terjadinya bencana.
Walaupun
infrastruktur TI dapat membantu dalam manajemen bencana, tetapi, infrastruktur
TI yang mendukung bisnis yang ada di perusahaan jarang mendapatkan perhatian
dalam resiko terkena bencana, sehingga, masih banyak perusahaan yang kehilangan
data – data penting dan mengalami kerugian yang sangat besar ketika bencana
sudah terjadi. Dapat dilihat bahwa, peran manajemen bencana terkadang masih
dihiraukan di perusahaan. Padahal dalam dunia TI peran manajemen bencana sangat
penting, karena perangkat – perangkat TI sangat rentan terkena bencana.
Akibatnya, banyak perusahaan yang kehilangan data – data penting mereka ketika
bencana telah terjadi. Padahal jika manajemen bencana diterapkan, perusahaan
dapat meminimalkan akibat dari terjadinya bencana. Dalam penerapannya,
manajemen bencana di bidang TI bisa di lakukan dengan membuat 2 server di
tempat yang berbeda, yang pertama di tempat perusahaan itu sendiri, dan yang
satu lagi di tempat penyedia layanan server yang aman dan terpercaya. Dengan
adanya 2 server di tempat yang berbeda , perusahaan dapat meminimalkan kerugian
yang terjadi pasca bencana terjadi. Selain salah satu cara di atas dalam
manajemen bencana TI, akan di bahas pada paper ini yang berhubungan dengan
manajemen bencana TI.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang
lingkup pada penulisan paper ini adalah :
·
Tujuan
Managing Disaster
·
Aturan
tentang Managing Disaster
·
Penerapan
Managing Disaster
·
Solusi
pemulihan pasca bencana pada TI
·
Perencanaan
Managing Disaster pada TI
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari penulisan paper :
·
Memperkenalkan
Managing Disaster
·
Menerapkan
Managing Disaster untuk mengurangi
dampak akibat dari bencana
·
Mengetahui
manfaat dari Managing Disaster
Manfaat
dari penulisan paper :
·
Mengetahui
Penerapan Managing Disaster pada TI
·
Mengetahui
Aturan yang mengatur tentang Managing Disaster
·
Mendapatkan
solusi pemulihan pasca bencana TI
1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi
yang digunakan dalam penyusunan paper ini adalah studi pustakan. Dengan mencari
jurnal – jurnal ilmiah sebagai referensi tentang Managing Disaster melalui media Internet.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang
penulisan,ruang lingkup penulisan,tujuan dan manfaat penulisan metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :
LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi landasan teori – teori yang
digunakan dalam penulisan paper ini yang berhubungan dengan teori - teori Green
Computing dan tentang Global Warming
BAB III :
PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi sejarah green computing,
regulasi tentang green computing, keuntungan penerapan green computing,
penerapan green computing, penerapan green computing pada perusahaan, solusi
green computing.
BAB IV: PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisi simpulan dan saran
– saran yang dapat digunakan sebagai bahan pengembangan di masa yang akan datang.
BAB 2
Landasan Teori
2.1
Teori
Dalam bab ini ini akan dijelaskan
mengenai teori-teori beserta sumber dan pengarangnya yang berkaitan dengan
Managing Disaster. Teori-teori tersebut yang nantinya akan digunakan oleh
penulis sebagai suatu landasan untuk berfikir.
2.1.1 Pengertian Bencana
Menurut buku “Disaster Recovery and
Business Continuity Copyrigth by EC-Council” Bencana adalah setiap
kejadian mengganggu yang mendorong situasi
saat ini ke
dalam keadaan krisis.
Hal ini mengacu ke bencana dan kehancuran akibat alam atau
faktor buatan manusia seperti kebakaran, dan terorisme cyber. Menurut
xosofi.com bencana didefinisikan sebagai "sesuatu yang mendadak, acara
yang tidak terencana yang menyebabkan
malapetaka besar kerusakan atau kerugian untuk setiap entitas yang diberikan.
Reaksi paling
umum dalam situasi tersebut meliputi:
·
Shock
dan panik
·
Beban
mentalitas
·
Kehilangan
kontrol terhadap peristiwa
·
Kurangnya
informasi
Dalam
skenario ekonomi global saat ini, organisasi lebih rentan terhadap alam, manusia,
atau masalah teknis.
Setiap bencana, seperti
banjir, kebakaran serta virus
dan terorisme cyber,
dapat mempengaruhi
aksesibilitas, kejujuran, dan privasi sumber daya bisnis utama.
Bila
dikategorikan, bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu,
·
Bencana
alam
Peristiwa tidak
terprediksi yang disebabkan
oleh faktor lingkungan yang
mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya seperti gempa bumi,
letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, angin ribut, dst.
·
Bencana
yang diakibatkan oleh manusia
Peristiwa yang
terjadi akibat kesalahan,
kebodohan, kelalaian dari manusia
atau bahkan niat
jahat dari individu
yang mengakibatkan kerugian terhadap lingkungan disekitarnya.
Kegagalan system, listrik,
telekomunikasi, terorisme, cyber terorisme termasuk kedalam kategori
ini.
Beberapa
konsekuensi dari bencana yang diakibatkan oleh alam maupun manusia adalah
sebagai berikut,
·
Cidera
pada diri sendiri atau keluarga : Orang – orang terluka, terpisah dari
keluarga, atau kehilangan orang yang mereka cintai
·
Kondisi
yang mengancam kelangsungan hidup
·
Korban
dalam jumlah banyak
·
Gangguan dalam
business continuity karena
kegagalan dalam proses, mesin,
dan komunikasi yang
pada akhirnya mengakibatkan
hilangnya pendapatan
Bencana biasanya tidak dapat diprediksi kapan
terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah management untuk mengurangi resiko
serta akibat dari bencana tersebut.
2.1.2 Pengertian Disaster
Recovery Plan
DRP
menurut Jumal Disaster Recovery dari
DRI International adalah dokumen yang menggambarkan sumber daya, tindakan,
tugas dan data yang diperlukan untuk
mengatur proses recovery bisnis
pada saat terjadi gangguan yang
mengancam bisnis perusahaan. Rencana •ini
dirancang untuk membantu mengembalikan proses bisnis dari
perusahaan.
Sedangkan
menurut National Institute of Standard
and Technology, DRP adalah rencana yang sudah dipersiapkan untuk memproses
aplikasi yang penting dalam situasi
kerusakan besar dari perangkat
keras dan perangkat
lunak atau. kerusakan yang besar pada fasilitas
DRP
adalah didefinisikan tidak terbatas hanya sebagai tindakan pencegahan dan pemulihan dari infrastruktur IT, tapi adalah business
continuity plan. yang memiliki fokus dan komponen yang lebih luas,
seperti sebuah crisis management plan dan human resources management.
Diharapkan
sebelum teljadi bencana, setiap perusahaan yang mempunyai data yang sangat
penting harus mempunyai DRP agar apabila bencana tersebut terjadi kerugian dapat di minimalisasi dan dapat menge!Jlbalikan keaadaan perusahaan
dengan cepat dan efektif.
Disaster Recovery Plan menurut EC-Council dalam “Introduction to Disaster Recovery and Business Continuity” adalah
sebuah proses/kemampuan dari organisasi untuk menanggapi bencana atau gangguan
dalam pelayanan melalui implementasi rencana pemulihan bencana untuk
menstabilkan dan memulihkan fungsi kritis organisasi. Rencana ini dibuat untuk
membantu mengembalikan proses bisnis dari perusahaan serta mengurangi dampak
bila terjadi bencana yang mengakibatkan
kerusakan atau kehilangan
data elektronik yang mendukung proses bisnis perusahaan.
Disaster
Recovery Plan terdiri atas tiga perencanaan yaitu perencanaan proteksi,
perencanaan pengatasan bencana dan perencanaan pemulihan.
Perencanaan proteksi adalah perencanaan yang dibuat
untuk mencegah terjadinya bencana.
Perencanaan
pengatasan bencana adalah perencanaan yang dibuat untuk mengurangi dampak dari
bencana terhadap perusahaan
Perencanaan
pemulihan adalah perencanaan yang dibuat untuk membantu perusahaan dalam
melakukan pemulihan agar proses bisnis dapat berjalan kembali
2.1.3
Cloud Compuing
Cloud
computing adalah salah satu tipe sistem yang paralel dan terdistribusi, yang
merupakan inter-koneksi dari komputer virtual yang secara dinamis ditetapkan
dan dipresentasikan sebagai satu atau lebih dari sumber daya komputasi yang
terpadu. Dan berbasis pada persetujuan tingkatan layanan yang mengacu kepada
negosiasi antara penyedia jasa dan konsumen.
Cloud
computing merupakan sebuah solusi untuk banyak masalah komputasi. Meskipun kita
berada dalam era IT, komplikasi dalam komputasi telah menciptakan banyak
bencana dalam dunia komputer. Banyak krisis telah terjadi di dalam dunia
bisnis. Keamanan, penyimpanan dan daya pengolahan data yang terbatas saat
menggunakan komputasi tradisional. Data juga selalu berada dalam risiko dan
tidak selalu tersedia selamanya. Namun dengan menggunakan cloud computing semua
masalah ini dapat diatasi. Komputer dalam dunia bisnis harus memiliki hardware
dan software terbaru. Karena pengaruh biaya, banyak yang tidak dapat memenuhi
ketersediaan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi
semua itu dapat diatasi dengan menggunakan cloud. Cloud computing adalah
teknologi baru yang cocok untuk lingkungan apapun termasuk dunia bisnis.
Cloud
computing secara cepat menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sebagai
hasil dari inovasi di masa lalu pada bidang aplikasi berbasis web, dan akan
terus membuat dampak yang serius di masa depan. Teknologi yang berkembang
seperti grid akan mendorong gelombang inovasi berikutnya yang memungkinkan
penciptaan aplikasi yang memberikan IT sebagai utilitas kelima setelah gas,
air, listrik, dan telepon. Singkatnya, cloud computing mencakup daerah yang
sangat luas dengan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan efisiensi
proses bisnis dan kualitas hidup.
BAB 3
Pembahasan
3.1 Tujuan Dari Manajemen Bencana
·
Mengurangi
atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh
perorangan, masyarakt negara.
·
Mengurangi
penderitaan korban bencana.
·
Mempercepat
pemulihan.
·
Memberikan
perlindunagan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika
kehidupannya terancam.
3.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana
UU 24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana :
·
Pemerintah
sebagai penanggung jawab penanggulangan bencana dengan peran akrif masyarakat
dengan lembaga usaha.
·
Perubah
paradigma respon menjadi pengurangan resiko bencana.
·
Perlindungan
masyarakat pada saat pra bencana ,saat bencana dan pasca bencana, secara
terencana, terpadu ,dan terkoodinasi.
·
Membangun
masyarakat yang tahan dan tangguh menghadapi bencana.
·
Membangu
penanggulangan bencana yang handal melalui kelembagaan yang kuat dan pendanaan
yang memadai
3.3 Bagaimana Peran Manajemen Bencana Berkaitan Dengan
Bencana
·
Deteksi dini atau yang dikenal dengan early warning system. Manusia
tidak dapat mendeteksi kapan terjadinya bencana, dengan adanya
peringatan-peringatan dini manusia dapat menghindar atau menjauh dari sumber
bencan untuk bisa menyelamatkan diri.
·
Pemetaan. Gejala alam bisa
juga diketahui dari tren yang berlangsung. Pola yang terjadi dalam rentang
sekian tahun. Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal tersebut.
·
Koordinasi.
Ketika bencana telah terjadi peran teknologi informasi sangat vital dalam hal
koordinasi.
3.4 Tujuan Sistem Peringatan Dini
Tujuan dari
adanya sistem peringatan dini akan becana cukup penting, mengingat indonesia
secara geologis dan klimatologis berada pada kawasan yang rawan akan bencana.
Dengan adanya sistem peringatan dini akan adanya bencana maka resiko dan dan
dampak dari bencana dapat berkurang. Keterlambatan dalam menangani atau
mengetahui bencana dapat berakibat fatal, dimana resiko akan adanya kerusakan
dan korban akan semakin besar. Dalam penaggulangan bencana, sistem peringatan
dini mutlak untuk di miliki dalam tahap kesiagaan, sistem peringatan dini untuk
setiap jenis data, metode pendekatan maupun instrumentasinya.
3.5 Peran Dan Rencana Pemulihan Pasca Bencana TI
Bencana
alam memang tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat
mengantisipasi terjadinya bencana alam. Indonesia merupakan negara yang sangat
rawan dengan bencana alam seperti gempa buni, tsunami, letusan gunung berapi,
tanah longsor, dan banjir. Kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk
memunculkan inisiatif pembenahan manajemen bencana dengan melihat potensi
bencana besar yang melanda. Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam
upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan
persiapan menghadapi bencana. Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau
pengurangan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kemungkinan
terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat bencana, sedangkan langkah
persiapan menghadapi bencana ini
termasuk pula melakukan prediksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana.
Dalam
satu perusahaan/organisasi yang menggunakan IT untuk komputerisasi
operasionalnya, setidaknya akan ada satu komputer yang disediakan dan bertindak
sebagai komputer server. Begitu mendengar istilah server, orang akan selalu
berpikiran bahwa server adalah sebuah alat/komputer yang sangat canggih, harga
yang mahal, serta membutuhkan perlakukan khusus. Tidak salah memang anggapan
yang demikian karena memang benar adanya.Tetapi yang perlu ditekankan adalah
lebih pada penggunaan/fungsinya.
Komputer
server banyak peruntukannya dan memegang peranan vital. Bisa difungsikan sebagai database server, file
server, print server, aplikasi server, ataupun DNS server. Namun demikian,
manajemen perusahaan/organisasi masih cenderung menyepelekan keberadaannya. Hal
yang wajar mungkin karena ketidakmengertian mereka. Pengadaan komputer
server-pun seolah menjadi satu hal yang memberatkan karena harganya yang sangat
mahal, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Anggapan bahwa bagian
IT adalah cost department pun muncul.
Menjaga
dan memelihara server tidaklah mudah. Butuh keterampilan teknis yang
memadai. Bukan hanya sekadar bisa tetapi
harus menguasai bahkan ahli dari berbagai sisi. Seperti pada sistem operasinya,
instalasinya, hardwarenya, kelistrikannya termasuk program aplikasi dan
database yang ada di dalamnya.Tidak jarang server harus dikelola oleh vendor
penyedianya. Dalam kondisi yang demikian tentunya diperlukanlah apa yang
dinamakan maintenance yang secara otomatis akan timbul juga biaya maintenance.
Aktifitas
maintenance yang mengharuskan tersedia anggarannya ibarat buah simalakama. Jika tidak dilakukan, kemudian terjadi kerusakan maka recoverynya
justru akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Sedangkan jika dilakukan
maintenance tetapi kerusakan tidak pernah terjadi maka hal ini akan menjadi
pemborosan anggaran bagi perusahaan/organisasi. Demi efisiensi, kebanyakan perusahaan/organisasi melakukan
pilihan yang pertama. Tidak mengambil maintenance dari vendornya. Bagi tenaga
IT kondisi yang demikian mengharuskan mereka siap dengan segala konsekuensinya.
Sampai akhirnya
suatu saat bencana IT itu datang. Server
mengalami crush sehingga sistem komputerisasi perusahaan/organisasi lumpuh.
Dampak lebih terasa jika crush tersebut terjadi pada database server. Data
perusahaan/organisasi yang semuanya tersimpan di dalamnya tidak bisa
diakses/digunakan lagi. Dalam situasi
yang demikian data akan terasa lebih berharga dibanding server itu sendiri.
Semua
pihakpun seakan-akan menyalahkan bagian IT. Padahal tenaga IT juga mempunyai
keterbatasan kemampuan teknis karena banyaknya hal teknis lain yang juga harus
dikuasai. Dari kejadian inilah manajemen
perusahaan/organisasi baru menyadari arti penting sebuah aktifitas maintenance.
Sebagai upaya
antisipasi baiknya:
1. Aktifitas maintenance mutlak perlu
dilakukan, meskipun dengan konsekuensi keluarnya biaya.
2. Perlu adanya backup server maupun
sistem,jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan yang serupa.
3. Dilakukan training dan pelatihan secara
berkala guna meningkatkan kemampuan teknis tenaga IT, karena teknologi yang
terus berkembang.
4. Pihak perusahaan/organisasi sudah harus
melakukan pengadaan tenaga IT secara spesialisasi. Kebanyakan tenaga IT yang
ada merangkap fungsi, baik sebagai network administrator, database
administrator, teknisi, maupun technical support.
Poin-poin yang
disebutkan di atas adalah tugas personel IT yang harus bisa memberikan
pemahaman akan arti penting peranan IT bagi perusahaan/organisasi, dengan
segala konsekuensi atas penggunaan IT itu sendiri.
Strategi
pemuliha pasca bencana itu sendiri sudah seharusnya dikembangkan di bidang TI ,
aplikasi dan data. Termasuk pula didalamnya terdapat server, jaringan, desktop,
laptop, jaringan nirkabel, data dan konektifitas. Pemuliha bencana pada IT
harus menjadi sebuah prioritas yang konsisten dengan fokus pada pemulihan
fungsi bisnis dan proses bisnis. Sumber daya TI juga harus diidentifikasi guna yang
diperlukan untuk mendukung fungsi bisnis yang sensitif terhadap waktu. Waktu
pemulihan untuk sumber daya TI harus sesuai dengan waktu pemulihan fungsi
bisnis atau proses yang tergantung pada sumber daya TI
Sistem teknologi informasi
membutuhkan beberapa komponen seperti hardware, software, data dan jaringan.
Tanpa komponen “sistem” tersebut , sistem yang ada mungkin tidak dapat
berjalan. Maka itu rencana pemuliha bencana pada TI harus dikembangkan untuk
mengantisipasi hilangnya satu ataupun lebih dari komponen yang ada
·
Lingkngan
ruang komputer
mengamankan ruang komputer dengan
tempratur yang tepat untuk menghindari overheat pada komputer ataupun server,
menggunakan power cadangan atau stabilizer, dll
·
Hardware
Jaringan, sever, desktop, komputer PC,
peralatan nirkabel
·
Konetivitas
dengan provider
·
Software
aplikasi (electronic data intercharge, electronic mail, aplikasi office, dll)
·
Data
and restoration
3.6 Strategi Pemulihan Pasca Bencana TI
Pada sekarang
ini banyak perusahaan memiliki akses
lebih dari satu fasilitas. Hardware di fasilitas alternatif dapat dikonfigurasi
untuk menjalankan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi yang serupa bila
diperlukan. Dengan asumsi data yang didukung off-site atau data tercermin antara dua lokasi, data dapat dipulihkan
di lokasi alternatif.
3.7
Vendor untuk Mendukung Strategi
Pendukung Pasca Bencana TI
Ada vendor yang
dapat memberikan "hot sites" untuk pemulihan bencana TI. Situs-situs
tersebut sepenuhnya dikonfigurasi pusat data dengan yang umum digunakan produk
hardware dan software. Pelanggan dapat menyediakan peralatan atau perangkat
lunak baik yang unik pada saat bencana atau menyimpannya di situs panas siap
untuk digunakan.
Data
stream, layanan keamanan data dan aplikasi dapat di-host dan dikelola oleh
vendor. Informasi ini dapat diakses di situs bisnis utama atau situs alternatif
menggunakan browser web. Jika pemadaman terdeteksi di situs klien oleh vendor,
vendor secara otomatis menyimpan data sampai sistem klien dipulihkan. Vendor
ini juga dapat menyediakan data filtering dan deteksi ancaman malware, yang
meningkatkan keamanan cyber.
3.8
Kebijakan Costigency Planning
Costigency
planing harus mencakup proses pengaturan awal sehingga bisa
membuat perencanaan atau menyusun strategi dan prosedur dalam menanggapi
potensi krisis atau kedaruratan yang akan terjadi. Ini termasuk mengembangkan
skenario dalam mengantisipasi krisis. Menentukan tanggung jawab semua pelaku
yang akan terlibat mengidentiikasikan peran dan sumber daya, proses pendataan
dan penyebaran informasi dan pengaturan setiap pelaku sehingga siap pada saat
dibutuhkan, dan menentukan kebutuhan agar tujuan tercapai. Perencanaan costigency merupakan bagianpenting dari
keseluruhan program kesiapsiagaan dan perlu dikembangkan untuk setiap jenis
bahaya, kemudian dilatih secara regular.
3.9
BIA (Business Impact Analysis) Bagian dari Rencana Pemulihan Pasca Bencana TI
BIA (Business Impact Analysis) adalah langkah penting
dari taap perencanaan, dengan menggunaan BIA, bagian rencana dapat membedakan
kebutuhan dari sistem, proses, dan ketergantungannya serta menggunakan informasi
untuk menentukan kebutuhan dan prioritas apabila terjadi bencana.
Proses dari BIA adalah
sebagai berikut:
·
Mengetahui sumber daya TI yang penting
·
Mengetahui akibat yang ditimbulkan waktu
yang dapat diroleransi apabila terjadi bencana
·
Membangun prioritas dari recovery
3.10
Menetapkan Preventive Controls
Pengendalian
preventif (Preventive Controls)
adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi terjadinya
bencana. Pengendalian preventif menegakkan ketaatan melalui tindakan yang
seharusnya atau yang diinginkan dan karenannya menghadang kejadian bencana.
Ketika mendesain sistem pegendalian internal, satu ons pencegahan hampir dapat
dipastikan bernilai satu pon penyelesaian. Mencegah kesalahan dan penipuan jadi
lebih efektif dari segi biaya dari pada mendeteksi dan memperbaiki masalah
setelah bencana itu terjadi. Kebanyakan dari bencana yang tidak diinginkan
dapat di blok pada tahap awal ini. Contohnya, sebuah layar entri data yang
didesain dengan baik adalah contoh dari pengendalian preventif. Jadi
pengendalian preventif ini membuat desain dan menghentikan proses yang tidak
perlu. Contohnya :
·
Otorisasi Sumber-Data
·
Data masukan
·
Persiapan Sumber-Data
·
Turn-sekitar dokumen
·
Bentuk pra-nomor
·
validasi input
·
Memperbarui komputer file
·
Kontrol atas proses
3.11
Strategi Backup dan Recovery Data Pada Disaster Recovery Center
Karena
kelancaran proses bisnis pada suatu perusahaa tergantung kepada infrastruktur
IT untuk mendapatkan hasil yang lebih produktif dan keuntungan yang lebih kompetitif,
maka proteksi data dan recovery menjadi
penting untuk proses bisnis, khususnya jika terjadi kerusakan atau bencana
alam. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk replikasi data, backup, dan recovery berdasar pada penggunaan infrastruktur IT yang optimal.
Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, banjir,
ataupun kebakaran dapat membuat infrastruktur IT hancur. Dibeberapa kasus,
memindahkan semua data yang kritis akibat bencana dan me-recovery data-data tersebut menjadi data yang utuh lagi mungkin
akan sangat sulit, misal untuk recovery
data mungkin akan membutuhkan waktu yang berhari-hari, yang dapat mempengaruhi
fungsi dan kehandalan perusahaan. Banyak perusahaan mengimplementasikan disaster recovery plan untuk pananganan data saat terjadi bencana potensial.
Implementasi disaster rcovery selalu
melibatkan proses backup data dari
production site ke sebuah disaster recovery sire yang terhubung secara online. Implementasi disaster recovery tidak hanya melibatkan
infrastruktur, tetapi juga sumber daya manusia dan desain yang berhubungan
dengan proses.
3.12
Mekanisme Disaster Recovery Centre
Secara Umum
Strategi recovery yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah tentang proses pemindahan data pada sistem yang kritis ke pusat
pengolahan data alternatif. Disaster
recovery planning merupakan aktifitas yang penting. Disaster recovery plan didesain untuk menjamin kelangsungan proses
bisnis yang vital jika terjadi disaster.
Rencana ini merupakan solusi yang efektif yang dapat digunakan untuk me-recover semua
proses bisnis yang vital dalam jangka waktu yang diinginkan menggunakan record-record data vital yang disimpan
secara off-line. Dalam
implementasinya, disaster recovery planning memerlukan serangkaian langkah yang kompleks. Disaster recovery planning bukanlah
pekerjaan yang dilakukan sekali dan langsung selesai pada saat itu juga, ia
harus di-maintain dan dites secara berkala (dengan kata lain, disaster recovery planning merupakan
pekerjaan yang dilakukan secara berkelanjutan).
Skenario disaster recovery diperuntukkan untuk hal-hal tertentu, seperti
kehilangan akses ke pusat komputer, hilangnya kemampuan sistem dalam memproses
data, dan terputusnya keterhubungan dengan jaringan. Skenario ini juga
mengasumsikan bahwa semua peralatan di ruang komputer tidak dapat terselamatkan
dan semua kemampuan kritis dari alat telekomunikasi telah hilang.
Ketika terjadi disaster,
petugas khusus akan mengambil tindakan cepat untuk memperingatkan Disaster Recovery Centre (DRC).
Penyimpanan kembali data-data dari critical
coverage (tempat data-data dari pusat komputer di-backup) ke pusat
komputer dilakukan setelah pusat komputer itu beroperasi dengan baik. Adapun
skenario disaster recovery adalah sebagai berikut :
·
Pengiriman data dari Authorized User Data dan Software Archived dalam bentuk off-site storage ke Disaster Recovery Center.
·
Menghubungkan network lines ke
DRC.
·
Mengoperasikan aplikasi kritis
konfigurasi pada Disaster Recovery Center
·
Menyediakan Critical Coverage pada Disaster
Recovery Center
·
Menyediakan Workspace dan peralatan yang dibutuhkan.
3.13 Srategi Backup dan Recovery Data
Salah
satu keuntungan dari network
storage berbasis IP adalah
membuat customer bisa memilih arsitektur penyimpanan yang seperti apa (distributed atau centralized) sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan
mempertimbangkan manajemen backup dan
proses recovery, beragam strategi
implementasi dapat diterapkan. Strategi implementasi pertama yang akan dibahas
adalah offline backup ke media tape.
3.14
Strategi Cloud Computing
Cloud
Computing adalah suatu istilah yang banyak digunakan oleh Industi IT yang
memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Namun pada intinya Cloud
Computing adalah suatu pergeseran dari perusahaan dalam membeli dan memelihara
server dan aplikasi lainnya yang
mahal, dan bergerak menuju metode penyewaan IT, sesuai dengan kebutuhan, dari
satu penyedia layanan publik.
Hanya dalam
beberapa tahun terakhir hal ini telah menjadi layak dan masuk akal bagi
perusahaan untuk memindahkan teknologi mereka ke sebuah pusat data yang
dikelola secara profesional oleh pihak luar. Perubahan ini telah didorong oleh
mulai tersedianya Internet berkecepatan tinggi yang tidak hanya tersedia di
kantor kita, tetapi juga di rumah, di warung kopi dan di mana saja kita dapat
melakukan penerimaan sinyal telepon seluler. Kenyataan ini telah memungkinkan
terjadinya konsolidasi yang revolusioner.
Alasan
ekonomi yang menjadi pendorong di belakang konsolidasi ini adalah penghematan
biaya yang signifikan dan pengurangan risiko yang diterima oleh perusahaan
ketika mereka memusatkan sumber daya teknologi mereka di sebuah pusat data yang
dikelola secara profesional oleh pihak luar. Penyedia layanan publik dapat
mengimplementasikan keamanan industri yang paling canggih dan proses
ketersediaan yang tinggi serta menawarkan pemantauan dan pemeliharaan server 24x7.
Biaya
teknologi yang lebih rendah karena penyedia layanan publik dapat berbagi sumber
daya teknologi dan melakukan pembelian perangkat keras dan perangkat lunak
dalam jumlah besar untuk Anda. Saat ini, dengan biaya lebih murah perusahaan
dapat mendapatkan perangkat lunak terbaru maupun ketersediaan sistem yang
tinggi yang dulunya hanya bisa dijangkau oleh perusahaan besar.
Cloud computing merupakan gabungan pemanfaatan
teknologi komputasi dan Internet di mana informasi secara permanen tersimpan
pada web
hosting dan
disimpan sementara di perangkat pengguna yang digunakan.
BAB 4
Penutup
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Setelah membaca seluruh materi dan
hal-hal yang berkaitan dengan Managing
Disaster maka kita dapat menyimpulkan bahwa Managing Disaster adalah suatu ilmu atau cara tentang bagaimana
menanggulangi bencana atau meminimalkan dampak akibat dari terjadinya bencana,
agar bencana yang terjadi dapat diminimalisir.
Dengan menggunakan Teknologi Informasi,
adalah salah satu cara untuk meminimalkan dan menaggulangi dampat akibat dari
bencana. Dengan memanfaatkan TI, keberhasilan dalam menanggulangi bencana dapat
ditingkatkan, sehinggan kerugian dapat dikurangi seminimal mungkin dan nyawa
manusia yang hilang juga dapat diminimalkan.
1.2 Saran
Manajemen bencana dalam perusahaan sangat penting
dalam tujuan menjaga keamanan data-data perusahaa. Untuk itu diperlukan
beberapa altenatif dalam manajemen bcana seperti strategi back up and recovery data, cloud computing, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
ADC
(2006). TIA-942 Data Center Standards Overview
F5. New Technologies for Disaster Recovery/Business Continuity
Ajith
Singh N. & M. Hemalatha. (2012). Cloud Computing for Academic Environmental, 2 (2), 1-3.
Sumber dari : http://www.telkomrdc-media.com/index.php?lang=ind&s=485af8abba3155e39d4ab4fce8eaadf5&ch=8&n=243
Sumber dari : http://wwwJsljkdt.wrn{pmtj}e.nhn'!dt=mainprofile&kid-93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar